Penulis: Al-Ustadz Fariq Gasim Anuz
Muqaddimah
Segala puji bagi Allah yang telah
memilih jamaah haji sekalian sebagai tamu-tamuNya. Ini merupakan karunia
Allah yang sangat besar, dimana jutaan umat Islam yang ingin datang ke
tanah suci menunaikan ibadah haji tapi
masih belum dapat izin dari Allah, ada saja halangan yang datang.
Adapun jamaah sekalian telah mendapatkan kemudahan dari Allah sehingga
dapat merampungkan seluruh manasik haji dari mulai umrah sampai tawaf
wada’, semoga Allah mencatatnya sebagai haji yang mabrur diampuni segala
dosa kita dan agar jamaah haji diberi perlindungan dan keselamatan
dalam perjalanan pulang ke tanah air, amin!

Zuhud Terhadap Dunia
Para ulama kita menyebutkan tanda-tanda
haji yang mabrur, diantaranya Imam Hasan Al Bashri rahimahullah berkata:
(Haji yang mabrur adalah agar ia pulang dari ibadah haji menjadi orang
yang zuhud dalam kehidupan dunia dan cinta akhirat). Allah berfirman
yang artinya: “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupa bagianmu di
dunia”. (Surat Al-Qashash: 77)
Orang yang zuhud bukan berarti orang
yang hanya beribadah di masjid dan tidak mau bekerja mencari harta untuk
nafkah anak dan isteri tapi orang yang zuhud orang yang tidak
diperbudak oleh hartanya, dunia boleh berada di tangannya tidak di
hatinya, aktifitasnya dalam kehidupan dunia tidak melalaikannya dari
ingat kepada Allah, melaksanakan shalat yang lima
waktu tepat pada waktunya, tidak memutuskan silaturahmi, tetap rajin
menuntut ilmu islam lalu mengamalkan dan menda’wahkannya, tidak
melupakan tanggung jawab mendidik isteri dan anak-anak. Orang yang zuhud
adalah orang yang penghasilannya dari yang halal, bukan dari hasil renten,
riba, suap, korupsi, mencuri, judi, pungli, memeras, menipu, memakan
hak orang lain. Semoga Allah mengaruniakan kita semua rezeki yang halal,
baik dan berkah serta dijauhkan dari segala pendapatan yang haram,
amin!
Lebih Baik Dari Sebelumnya Dalam Segala Hal
Ada
lagi yang mengatakan diantara tanda haji yang mabrur adalah setelah
pulang dari menunaikan ibadah haji, ia menjadi lebih baik dari
sebelumnya .
1. Dalam Hal Tauhid
Menjadi lebih baik dalam hal tauhid.
Jika ada diantara jamaah haji yang sebelum hajinya masih suka pergi ke
dukun untuk minta kekayaan, anak, jodoh, cepat naik pangkat dan
lain-lain maka setelah kita haji hendaklah kita tinggalkan hal
tersebut dan bertaubat kepada Allah karena Rasulullah bersabda yang
artinya, “Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun lalu
membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir dengan apa yang
telah diturunkan kepada Muhammad”. (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu
Majah, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa` no. 2006)
Barangsiapa yang sebelum ia haji, suka
menyembelih sapi atau lainnya untuk dijadikan sebagai tumbal atau
sesajen maka sekarang harus meninggalkannya dan menyembelih kurban hanya
untuk Allah karena Allah berfirman yang artinya: “Maka dirikanlah
shalat karena Rabbmu dan berkorbanlah” (Surat Al- Kautsar 2).
“Katakanlah sesungguhnya shalatku,
sesembelihanku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Rabbul Alamin tidak
ada sekutu baginya” (Surat Al-An’aam: 162)
Barangsiapa yang sebelum ia haji, masih mempercayai ramalan bintang maka tinggalkanlah dan bertawakallah kepada Allah semata.
Barangsiapa yang sebelum hajinya masih
mengkeramatkan keris dan jimat-jimat, maka sekarang musnahkanlah segala
jimat yang kita miliki.
Barangsiapa yang sebelum hajinya masih
suka meruwat bumi untuk menghindarkan bencana, maka sekarang
bertaubatlah dan tinggalkan upacara syirik itu, bergantunglah kepada
Allah karena yang dapat menghindarkan bencana hanya Allah semata.
Barangsiapa yang sebelum hajinya masih
mengkeramatkan sapi yang dikeluarkan setiap tanggal sepuluh Muharram
bahkan berebut untuk memperoleh kotorannya yang dianggap dapat
memberikan berkah, maka ketahuilah itu adalah perbuatan syirik.
Barangsiapa yang sebelum hajinya masih
meyakini bahwa nasib sial akan menimpanya jika bepergian hari Selasa
atau Sabtu juga untuk menentukan waktu pernikahan harus dihitung secara
cermat karena kalau tidak pas harinya akan menimbulkan kesialan, maka
itu semua adalah syirik. Allah tidak mengampuni dosa syirik kecuali jika
pelakunya bertaubat, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat. Allah
mengharamkan surga bagi orang yang berbuat syirik. Adapun orang-orang
yang beriman dan tidak mencampur adukkan keimanan mereka dengan
kesyirikan maka mereka mendapatkan keamanan dan hidayah dari Allah
Taala.
2. Dalam Hal Ibadah
Hendaklah jamaah haji memperbaiki
ibadahnya kepada Allah, shalat yang lima waktu jangan sampai
ditinggalkan, zakat maal harus dikeluarkan dan shaum di bulan Ramadhan
harus dijalankan. Segala ibadah kita laksanakan dengan penuh rasa cinta
kepada Allah yang telah memberikan kepada kita nikmat yang tidak
terhingga. Kita siap korbankan harta, tenaga dan waktu kita demi
menggapai ridha Allah.
3. Dalam Hal Muamalah
Hendaklah kita perbaiki muamalah kita
dengan orang tua yang telah melahirkan dan mendidik kita sejak kecil.
Jangan sampai kita menyakiti hati mereka dan hendaklah selalu berbakti
dan memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya. Jika orang tua kita
telah meninggal dunia hendaklah kita selalu mendoakan untuk mereka.
Muamalah Suami Isteri
Bagi para suami hendaklah perbaiki
muamalah dengan isterinya jangan mudah marah dan membentak isterinya
jika berbuat kesalahan. Lakukanlah hal-hal yang menyenangkan isteri
selama tidak bertentangan dengan syariat. Didiklah isteri dengan
nasehat, membawanya ke majelis ta’lim, membelikannya buku dan kaset
ceramah yang bermanfaat. Juga didiklah isteri dengan memberi
keteladanan. Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang
terbaik terhadap keluarganya dan saya adalah orang yang paling baik
diantara kalian terhadap keluargaku”.
Bagi para isteri perbaikilah muamalah
dengan suami jadilah isteri yang taat. Rasulullah bersabda: “Apabila
wanita shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, taat kepada
suaminya dan memelihara kemaluannya, maka ia masuk surga dari
pintu-pintu mana saja yang ia mau”.
Ketaatan kepada suami dalam hal yang
makruf saja adapun dalam hal maksiat tidak ada ketaatan kepada makhluk
dalam hal maksiat kepada Allah Al-Khaliq. Ketika suami baru datang dari
pekerjaan janganlah disambut dengan berbagai macam problem dan hal-hal
yang tidak menyenangkan tetapi sambutlah dengan senyum, sediakanlah
makan dan minum serta biarkanlah suami untuk istirahat dulu setelah itu
barulah sampaikan segala problem yang ada niscaya suami sudah lebih siap
untuk mendengarkannya.
Muamalah Orang Tua dan Anak
Bagi para orang tua perbaikilah dalam
pendidikan terhadap anak-anak, mereka merupakan amanat yang kelak kita
akan diminta pertanggungjawabannya di hari akhir. Didiklah mereka dengan
memberikan contoh yang baik, sekolahkanlah mereka di tempat yang baik,
awasilah pergaulan mereka. Selalulah berdoa kepada Allah agar melindungi
dan menjaga mereka dari segala kejahatan dan keburukan karena doa orang
tua untuk anaknya insya Allah mustajab.
Muamalah Kaum Muslimah
Bagi kaum muslimah perbaikilah dalam hal
berbusana, tutuplah aurat anda dan jangan diperlihatkan kepada
laki-laki yang bukan mahramnya. Allah berfirman: “Hai Nabi katakanlah
kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang
mukmin, (Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka). Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. (Surat Al-Ahzab: 59)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman,
hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,
atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka,
atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (Surat An-Nuur: 31)
Rasulullah bersabda: “Ada dua golongan
dari penduduk neraka yang belum pernah saya lihat keduanya (sebelum
ini), (pertama) suatu kaum yang memiliki cambuk bagaikan ekor sapi yang
digunakannya untuk memukul manusia dan (kedua) wanita yang berpakaian
tapi telanjang berjalan berlenggak lenggok, kepala mereka seperti punuk
unta, mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau surga padahal bau
surga itu tercium dari jarak yang sekian dan sekian jauhnya”. (Hadits
Shahih, Riwayat Muslim)
Masih banyak diantara jamaah haji wanita
yang berpakaian tapi telanjang, belum sempurna menutup auratnya, masih
ada yang terlihat lehernya, terlihat lengannya, menutup aurat dengan
pakaian yang ketat sehingga membentuk lekak lekuk tubuhnya, berpakaian
dengan bahan yang tipis dan transparan sehingga terlihat kulitnya, pada
hakekatnya mereka masih telanjang dan diancam tidak masuk surga.
Hendaklah jamaah haji wanita menjadi sadar setelah menangis dan memohon
ampun kepada Allah pada saat wuquf di Arafah, apakah kita ulangi kembali
dosa-dosa kita?
Hendaklah jamaah haji wanita menjadi
teladan bagi kaum muslimah di tanah air yang sedang dilanda dekadensi
akhlak dan moral, didiklah puteri-puteri kita agar berbusana muslimah,
nasehatilah mereka agar tidak keluar rumah dengan menggunakan celana
pendek, celana panjang lebih-lebih celana yang sangat ketat dan perutnya
terlihat, innaalillahi wa innaa ilaihi rajiuun.
Hendaklah jamaah haji wanita berdandan
dan bersolek mempercantik diri, tetapi untuk siapa? Bukan untuk
orang-orang diluar rumah tapi untuk suami di rumah, kenyataan yang ada
banyak dari kaum muslimah berdandan ketika keluar rumah padahal dilarang
oleh Allah yang kita cintai, Allah berfirman: “Dan hendaklah kamu
(isteri-isteri nabi) tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu”. (Surat
Al-Ahzab: 33)
Ayat ini berlaku juga untuk segenap kaum muslimah dan mukminah.
Rasulullah bersabda bahwa seorang wanita
yang pergi keluar rumah dengan menggunakan parfum sehingga tercium oleh
laki-laki lain, maka sesungguhnya ia itu pelacur. Setiap hari kita
berdoa memohon hidayah kepada Allah, maka sudah menjadi kewajiban bagi
kita untuk mempelajari jalan-jalan hidayah berupa ilmu yang bermanfaat
karena masih banyak diantara jalan-jalan hidayah yang belum kita ketahui
dibandingkan yang sudah kita ketahui. Jangan kita menganggap ini adalah
hal yang baru kita dengar, kami sudah terbiasa dengan adat kami dan
dalih-dalih lainnya yang tidak bisa diterima oleh syariat. Allah
berfirman: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: lkutilah apa yang telah
diturunkan Allah mereka menjawab: Tidak, tetapi kami hanya mengikuti
apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah
mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (Surat
Al-Baqarah: 170)
Dan firmanNya: “Dan tidaklah boleh bagi
laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat
yang nyata”. (Surat Al-Ahzab: 36)
Muamalah Secara Umum
Hendaklah kita semua memperbaiki diri
dalam hal tanggung jawab kita memperbaiki masyarakat. Bentengi aqidah
umat dengan menyebarkan ilmu yang bermanfaat, dengan saling nasehat
menasehati untuk menepati kebenaran dan nasehat menasehati untuk
menetapi kesabaran, dengan saling bekerjasama dalam hal kebaikan dan
taqwa. Tidak sedikit umat Islam di Indonesia murtad dari agamanya
disebabkan kelengahan dan kelalaian kita. Benar sebab mereka murtad
adalah karena lemah iman ditambah lagi dengan lemah ekonomi, tapi apakah
boleh kita diam dan berpangku tangan? Tidak, kita harus berbuat sesuai
dengan kemampuan kita. Apabila kita tidak bisa mendidik mereka karena
keterbatasan ilmu kita, ajaklah mereka untuk menghadiri majelis-majelis
ilmu, bagikan buletin dan buku-buku Islam, pinjamkan kaset-kaset ceramah
yang bermanfaat. Jika mereka malas bekerja berilah motivasi, jika
mereka nganggur carikanlah pekerjaan untuk mereka, jika puteri-puteri
kita sudah dewasa carikanlah untuk mereka suami yang baik keislamannya
jangan kita biarkan mereka menikah dengan laki-laki kafir.
Apabila anda sebagai pejabat janganlah
anda menghalangi dan mempersulit orang-orang yang ikhlas mengajak
manusia untuk mentauhidkan Allah dan tidak berbuat syirik, untuk
mengikuti sunnah Nabi dan tidak berbuat bid’ah.
Bagi orang tua yang mempunyai anak
puteri memakai jilbab atau cadar dukunglah mereka dan banggalah terhadap
anak anda yang taat kepada Allah, semoga Allah menghiasi puteri anda
dengan akhlak yang baik pula.
Bagi jamaah haji yang memiliki kelebihan
harta dapat beramal jariyah dengan membelikan kitab-kitab yang
bermanfaat untuk ustadz-ustadz yang ada di tanah air. Dan masih banyak
amal-amal lainnya yang dapat kita lakukan dalam upaya kita memperbaiki
diri dan masyarakat.
(Sumber artikel : kajianislam.net)
Komentar
Posting Komentar