Yuk mengenal profil Khulafaur Rosyidin



Pengertian Khulafaur Rosyidin adalah para kholifah yang arif bijaksana. Mereka adalah keempat sahabat yang terpilih menjadi pemimpin kaum muslim setelah Nabi Muhammad Rosulullah saw. wafat. Keempat kholifah tersebut ialah: a) Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.; b) Umar bin Koththob; c) Utsman bin Affan ra.; dan d) Ali bin Abi Tholib ra. Keempat kholifah itu selain berhasil melanjutkan perjuangan Rosulullah saw. menegakkan ajaran tauhid, juga sukses memperluas penyebaran dan mengharumkan nama Islam. Berikut ini kami uraikan sekelumit riwayat hidup dan jasa keempat kholifah tersebut.


1. Abu Bakar Ash-Shiddiq RA (11-13 H/632-634)


Nama Aslinya adalah Abdul Ka’bah. Lalu Nabi Muhammad saw. mengganti namanya dengan Abdullah. Lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Ia terlahir dari pasangan Usman (Abu Quhafah) bin Amir dan Ummu Khoir Salma binti Sakhr, yang berasal dari suku Taim, suku yang melahirkan tokoh-tokoh terhomat

Sejak kecil ia terkenal sebagai anak yang baik. Perilakunya yang lemah-lembut, jujur, dan sabar, membuatnya disenangi masyarakat. Karena sifat-sifatnya yang mulia itulah sejak masa remajanya ia sudah bersahabat dengan Nabi Muhammad saw.

Ia dilahirkan dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. kemudian terkenal dengan julukan Abu Bakar, sedangkan gelar Shiddiq diberikan oleh para sahabat karena ia sangat membenarkan Rosulullah saw. dalam segala hal. Ialah yang menemani Nabi Muhammad saw. di gua Hiro, dan yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan orang tua terhormat. Tentang Abu Bakar ra., Rosulullah saw. bersabda, "Sungguh orang yang paling dekat kepadaku persahabatan dan hartanya, ialah Abu Bakar. Andaikata aku boleh memilih teman di antara umatku, maka akan kupilih Abu Bakar. Tetapi kecintaan dan persaudaraan dalam Islam cukup memadai. Tidak satu pun pintu dalam masjid yang terbuka, kecuali pintu Abu Bakar". (HR. Bukhori) Sampai saat ini di masjid Madinah masih ada sebuah pintu yang disebut pintu Abu Bakar ra. Yakni pintu yang selalu beliau lalui semasa hidupnya jika masuk ke masjid melalui rumah beliau.

Tidaklah mengherankan jika sewaktu Nabi saw sakit, ia dipercaya oleh para sahabat menjadi Imam sholat. Juga pantaslah apabila kaum muslimin kemudian memilihnya sebagai kholifah/pemimpin setelah Rosulullah saw. wafat.

Keagungan kepribadian Abu Bakar dapat disimak dari penggalan-penggalan pidatonya ketika dilantik menjadi kholifah, antara lain beliau katakan, "Saya bukan orang yang terbaik di antara kalian, tetapi saya akan memelihara amanah yang telah kalian serahkan kepada saya. Kalau saya mengikuti ajaran Allah SWT dan petunjuk Rosul-Nya, maka ikutilah saya. Sebaliknya jika saya menyimpang, luruskanlah (koreksilah) saya. Kebenaran adalah kejujuran, dan kebohongan adalah ketidakjujuran. Orang yang paling kuat dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang lemah di antara kalian oleh sebab itu saya akan menjamin hak-hak mereka. Dan orang-orang yang paling lemah dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang kuat di antara kalian, dan saya akan mengambil sebagian dari hak-hak mereka (zakatnya) 


2. Umar Bin Khotthob (13-23 H/634-644 M)

Ia lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad saw. Sejak kecil ia sudah terkenal cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapa pun. Tidaklah meng­herankan jika setelah umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin ditakuti oleh orang-orang kafir Quraisy. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah memeluk Islam paling berani menghadapi musuh-musuh Islam. Kemudian terkenallah Umar sebagai "Singa Padang Pasir" yang sangat disegani.

Umar memiliki kepribadian yang sangat kuat, dan tegas dalam memperjuangkan kebenaran. Oleh karena itu masyarakat menggelarinya Al-Farucj, artinya yang dengan tegas membedakan yang benar dan yang salah. Sedemikian gigih Umar dalam menegakkan syari’at Islam, sehingga Abdullah bin Mas’ud mengatakan, "Sejak Islamnya Umar kami merasa mulia." (H.R. Bukhori)

Mengenai kualitas keimanannya, diungkapkan dalam sebuah hadits. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Ketika sedang tidur, aku bermimpi melihat orang-orang yang memakai gamis. Ada yang gamisnya menutupi dada dan ada pula yang kurang dari itu. Lalu diperlihatkan kepadaku Umar bin Khoththob mengenakan gamis yang panjang sehingga ia berjalan dengan menyeretnya." Seseorang bertanya, "Ya Rosulullah, apakah takwilnya?" Nabi saw. menerangkan, "Kualitas keimanannya." (HR. Bukhori dan Muslim dari Abu Sa’id Al Khudri ra.)

Dalam pidato pelantikannya, Umar menyampaikan, antara lain: "Saya adalah seorang pengikut Sunnah Rosul, bukan seorang yang berbuat bid’ah. Ketahuilah, bahwa kalian berhak menuntut saya tentang tiga hal selain Kitab Allah dan Sunnah Nabi, yakni:


  1. mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orang sebelum saya dalam masalah yang telah kalian sepakati dan telah kalian tradisikan;
  2. membuat kebiasaan baru yang baik bagi ahli kebajikan dalam masalah yang belum kalian jadikan kebiasaan; dan
  3. mencegah saya bertindak atas kalian kecuali dalam hal-hal yang kalian sendiri penyebabnya.

Pada masa pemerintahan Kholifah Umar, wilayah Islam semakin meluas sampai ke Mesir, Irak, Syam, dan negeri-negeri Persia lainnya. Umarlah yang pertama kali membentuk badan kehakiman dan menyempurnakan pemerintahan. Juga meneruskan usaha Abu Bakar dalam membukukan Al-Qur’an.

Kholifah Umar wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah selama sepuluh tahun enam bulan. Ia wafat oleh tikaman pedang Abu Lu’lu’ah, seorang budak milik Al-Mughiroh bin Syu’bah saat sholat subuh. Ia dimakamkan di rumah Aisyah, dekat makam Abu Bakar. Ia dikenang oleh umat Islam sebagai pahlawan yang sangat sederhana, sportif, dan menyayangi rakyat kecil. Kata-katanya yang sangat terkenal, "Siapa yang melihat pada diriku membelok, maka hendaklah ia meluruskannya."

Jasa-jasa Umar sewaktu menjadi Kholifah, antara lain:
  1. penetapan tahun Hijriyah sebagai tahun resmi;
  2. bea cukai sebagai pendapatan negara;
  3. tunjangan sosial bagi orang-orang miskin di kalangan Yahudi dan Kristen;
  4. pembangunan kota-kota dan saluran air untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya;
  5. pemberian gaji bagi imam dan muazin;
  6. penghapusan perbudakan;
  7. pembangunan sekolah-sekolah;
  8. kodifikasi Al-Quran;
  9. tradisi sholat tarawih berjamaah
3. Utsman Bin Affan RA. (23-35 H/644-656 M )

Ia seorang saudagar kaya-raya, dan salah seorang penulis wahyu yang terkenal. Usianya lima tahun lebih muda dari Nabi Muhammad saw. Sejak muda Utsman dikenal sebagai seorang pendiam, dan memiliki budi pekerti yang terpuji. Ialah yang membeli sumur Roumah untuk dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amal kebajikannya, hingga masyarakat menggelarinya "Ghoniyyun Syakir" (orang kaya yang banyak bersyukur kepada Allah SWT)

Abdurrohman bin Samuroh ra. mengungkapkan, Utsman bin Affan datang menemui Rosulullah saw. dengan membawa uang sebanyak seribu dinar yang dibungkus pakaiannya. Kala itu beliau sedang mempersiapkan pasukan u’sroh (Pasukan dalam Perang Tabuk). Usai menerima sumbangan dari Ustman bin Affan ra. untuk jihad fi sabilillah, Rosulullah saw. bersabda, "Tidak ada satupun yang merugikan ibnu Affan atas apa yang dilakukannya setelah hari ini."

Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali. (HR. Ahmad, dan Tirmidzi)

Sekalipun kaya-raya, Utsman tidak pernah menjaga jarak dengan masyarakat kelas bawah, bahkan ia tidak segan-segan untuk turut serta berperang. Karena kebaikan-kebaikannya itulah, ia dinikahkan dengan putri Nabi bernama Ruqoyyah. Setelah Ruqoiyah meninggal dunia, ia dikawinkan dengan putri Nabi lagi bernama Ummu Kultsum. Oleh sebab itu masyarakat menggelarinya "Dzun Nurain" (yang mempunyai dua cahaya)

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Kholifah Utsman ra., adalah mengganti gubernur-gubernur negara taklukan Islam yang ingin memisahkan diri setelah Umar wafat. Kemudian Ia memperbanyak naskah Al-Qur’an yang sudah dibukukan menjadi tujuh eksemplar yang antara lain dikirim ke Syam, Yaman, Bahrain, Basroh, dan Kufah.

Utsman wafat pada usia 82 tahun, setelah memerintah selama 12 tahun. Ia menemui ajal saat membaca Al-Qur’an, oleh tikaman pedang Humron bin Sudan. Jasa Utsman terbesar adalah memelihara Al-Qur’an sebagaimana yang tersebar sekarang ini.

4. Ali Bin Abu Tholib RA. (35-40 H/656-661 M)

Ia adalah putra Abu Tholib, paman Nabi Muhammad saw. Sebagai sepupu yang usianya 32 tahun lebih muda, memungkinkan Ali diasuh langsung oleh Nabi Muhammad saw. Tidaklah megherankan jika dari golongan anak-anak yang pertama memeluk Islam adalah Ali. Pantaslah jika pengetahuan Ali tentang Islam sangat luas, dan sangat teguh memegang ajaran Islam.

Sejak masa pemerintahan Kholifah Ali inilah, Islam mulai mengalami kemunduran. Bermula dari banyaknya pihak yang menuntut dendam atas terbunuhnya Utsman bin Affan ra., terutama dari golongan Bani Umaiyyah dan dari kelompok Aisyah ra., janda Nabi Muhammad saw. Suasana tersebut semakin memanas dengan adanya kebijaksanaan Kholifah Ali mengganti sebagian besar pejabat pemerintah yang telah diangkat oleh Utsman.

Setelah usaha memenangkan banyak golongan yang menuntut balas atas kematian Utsman dengan jalan damai tidak berhasil, meka ditempuhlah dengan peperangan. Pertama, terjadilah Peran? Wacj’atul Jamali (penamaan tersebut karena Aisyah bersama pasukannya mengendarai unta) atau peperangan unta. Kedua, Perang Shiffin atau peperangan unta antara pasukan Kholifah Ali dan pasukan Aisyah. Perang saudara ini terjadi pada tahun 36 H (657 M)., akibat hasutan Abdullah bin Saba’. Perang ini dimenangkan oleh pasukan Ali. Setelah diberi penjelasan tentang duduk perkara yang sebenarnya, Aisyah dikembalikan ke Madinah dengan hormat dan dimuliakan.


Sumber
 








Komentar